Pada dasarnya seorangnya pustakawan adalah mitra intelektual yang memberikan jasanya kepada pemakai. Jadi seorang pustakawan harus ahli dalam berkomunikasi serta membangun jaringan (networking), sehingga jika ada perkembangan di dunia perpustakaan secara otomatis antar jaringan akan saling bertukar informasi sehingga “ilmu” dapat bermanfaat untuk pengembangan profesi pustakawan itu sendiri.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan jaringan, seperti halnya yang dilakukan Dosen Universitas Negeri Medan (UNIMED). Mereka adalah Marfan Afandi, Suhairiani, Syahreza Alfan, dan Ir.Nurfajriani M.Si , yang sebenarnya tengah mengikuti magang pelatihan dari DIKTI di ITS. Memang tidak ada agenda khusus yang mengharuskan mereka berkunjung ke Perpustakaan ITS. Sehingga mereka memang atas dasar kemauan sendiri ingin mengetahui seperti apa perpustakaan ITS. Dengan harapan nantinya apa yang ada di Perpustakaan ITS bisa diaplikasikan di Perpustakaan UNIMED.
Bersama Kepala Perpustakaan ITS, Bapak Edy Suprayitno dan Divisi Layanan Perpustakaan ITS. Para tamu dari UNIMED tersebut diajak untuk melakukan Library Tour dengan waktu yang cukup singkat tersebut.
“saya sangat terkesan dengan program E-Resources Class , karena selama ini masalah di perpustakaan kami ya ini tapi dari kami belum terpikirkan untuk membuka kelas seperti ini” puji Ir.Nurfajriani M.Si saat melakukan Library Tour.
Selain adanya E-Resources Class mereka juga mengaku terkesan dengan hadirnya mini theatre di perpustakaan. Ditambah lagi mereka tahu bahwa memang mini theater tersebut tak sekedar “pajangan”, setiap jadwal pemutaran film selalu saja tak pernah sepi pengunjung, ini membuktikan bahwa memang beberapa orang yang datang ke Perpustakaan untuk belajar tapi disisi lain mereka juga butuh hiburan.
“semoga ini bisa diterapkan di perpustakaan kami ” tambah Nurfajriani
Kesan baik para tamu tersebut juga disematkan pada SDM Perpustakaan ITS yang bagi mereka dengan besarnya bangunan atau ruangan tapi bisa di-handle oleh SDM yang bagi mereka jumlahnya minim sekali. Namun meskipun demikian dengan jumlah yang minim tetap bisa memberikan layanan yang maksimal untuk pemustaka.
“ Jadi memang sebagian besar ruangan di sini hanya dijaga satu staff maksimal 2, tapi kami tetap berusaha memberikan layanan yang prima dan terbaik untuk pemustaka. Baik layanan yang bersifat real time misalkan jika pemustaka dalam hal ini para mahasiswa membutuhkan informasi yang terkait dengan tugas-tugas mereka. Para staff layanan memang harus siap dan tahu harus bagaimana dan dengan apa agar kendala yang dialami pemustaka bisa Ia siapkan solusinya dengan segera” jelas Pak Edy yang turut mendampingi Tour Library hingga usai siang itu (27/11). (nrl/fan/rei)