Ada satu syair yang patut direnungi “apa yang mau ditulis kalau tak membaca? Batas-batas tulisan kita adalah apa-apa yang kita baca”. Ya semua tulisan dan apa yang kita bicarakan adalah pengetahuan-pengetahuan yang kita dapat dari membaca, dengan membaca kita dapat membuka segudang cakrawala dan mampu memahami dengan kritis, jika tak membaca maka anda tidak akan kemana-mana. Terlebih di dunia kampus, dimana membaca tak hanya mencari makna pada kalimat-kalimat pada buku, namun bisa mengaitkan makna itu dengan kondisi sosial di lingkungan lalu mendapatkan solusinya. Dari sini semakin jelas bahwa dunia kampus tidak bisa lepas dari peran literasi.
Perpustakaan di kampus adalah sebagai salah satu pusat informasi juga dituntut untuk bisa menjadi penggerak literasi. Perannya tak sebatas menyediakan informasi semata melainkan bagaimana memberitahu dan memahamkan kepada civitas akademik agar mereka tahu betapa dengan membaca akan memberikan sumbangan manfaat yang besar baik untuk mendongkrak sisi akademisnya hingga non akademis.
Sebagai wujud tindakan nyata Perpustakaan ITS untuk mendukung semangat literasi, Perpustakaan ITS menghadirkan UKM Literatus yang ditujukan bagi mahasiswa SI angkatan 2016 dan 2017. Pendaftaran yang telah dibuka hingga 04 Maret 2018 kemarin, telah berhasil mendapatkan sebanyak kurang lebih 40 mahasiswa yang ingin bergabung di UKM yang digagas oleh Perpustakaan ITS dan salah satu Dosen ITS yakni Lalu Muhamad Jaelani, ST. M.Sc., Ph.D.
Hari ini (09/03), pertemuan perdana dilangsungkan di Ruang Rapat lantai 2- Perpustakaan ITS. Pertemuan tersebut dibuka oleh Pak Lalu, dalam kesempetan itu beliau menyampaikan keinginannya agar bisa mengoptimalkan keberadaan Perpustakaan baik untuk mahasiswa maupun dosen.
“akhir-akhir ini ‘kegandrungan’ mahasiswa akan budaya kian menyurut, mereka lebih senang ‘googling’ lalu copas sana-sini, namun bisa jadi itu bukan 100% kesalahan mereka. Bisa jadi dari kamilah yang belum memahamkan mereka bahwa ini kami punya perpustakaan, atau bisa jadi kami juga yang belum tahu apa maunya mereka” terang Lalu.
Dari pernyataan Pak Lalu tersebut lebih ketara betapa perlunya wadah literasi ini, sehingga para anggota UKM Literatus ini bisa menjembatani perpustakaan dan mahasiswa. Selain itu juga bisa dari mereka bisa lebih memupuk semangat literasinya dan kemudian ke depannya secara perlahan tapi pasti bisa ditularkan pada teman-temannya.
“awalnya saya ikut UKM ini memang hanya ajakan, tapi semakin ke sini saya merasa semakin prihatin dengan teman-teman saya yang sedikit-sedikit Tanya ini itu. Dan padahal jawabannya sudah ada dibuku yang berada di tangan mereka. Ini bukti bahwa minat baca kita sangat rendah, saya harap dengan ini tak hanya untuk saya sendiri, nantinya teman-teman saya juga bisa gemar membaca” tutur Firdaus, mahasiswa Geomatika saat ditanya alasan bergabung di UKM Literatus.
Nah, dari sini kita semkain sadar bukan betapa pentingnya ‘melek’ budaya literasi. Mahasiswa harus dan bahkan wajib banyak membaca, cenderung mudah menyampaikan gagasan, berpengetahuan luas dan merangsang penalaran kritis. Penyampaian gagasan tersebut, bisa melalui tulisan dan berbagai macam media lainnya. Sehingga, hal tersebut akan menumbuhkan sikap kritis sebagai mahasiswa.
“Membacalah agar engkau tidak lupa, dan menulislah agar engkau tidak dilupakan”.-anonim-. (nrl)