Assalamu’alaikum wr. wb. Mungkin ini hanya sebuah cerita biasa yang siapapun dapat membuatnya, tetapi ini bukanlah sekedar dongeng penghantar tidur, ini adalah kisah perjalanan hidup kami. Salah satu kepingan puzzle yang akan menceritakan lika – liku kehidupan dan membuatnya terasa lengkap ketika bertemu dengan kepingan – kepingan lainnya. Kisah ini bermula ketika kami mulai memasuki dunia pra-kerja, lebih tepatnya dunia magang. Ketika kami beranjak dari kelas X dan singgah ke kelas XI kami harus siap dalam menjalani dunia magang, sebuah kewajiban bagi kami yang duduk di bangku SMK dan sebuah pengalaman bagi kami di dunia kerja. Oh iya, sampai lupa kami belum memperkenalkan diri, kami adalah siswi SMK Negeri 10 Surabaya, nama kami Febrika Kurnia Sari dan Lu’luul Fitri. Sejujurnya kami bukanlah teman akrab di sekolah dan kami bukanlah satu kelompok dalam dunia magang. Begini ceritanya, setiap anak yang akan berangkat magang dia akan dikelompokkan sesuai tempat magangnya dan tempat tinggalnya, sama halnya dengan kami. Pada awalnya Febrika ditempatkan di Disperindag kota Surabaya, namun karena satu hal dan lain sebagainya maka dia dan kawan – kawannya di pindah di ITS, lebih tepatnya di BAAK –nya. Lain kisah lain pula ceritanya, berbeda dengan Lu’luul yang harus pindah – pindah tempat magang. Mulanya ia ditempatkan di Carefour Rungkut, namun keadaan tubuhnya yang tidak memungkinkan maka ia dipindah ke Akuntan Publik SSS dan rekan, namun sekarang bukan keadaan tubuhnya yang tidak memungkinkan melainkan pihak sekolah yang belum memberi keterangan kepada pihak Akuntan Publik tersebut, jadi dia di kembalikan ke sekolah. Dan pada akhirnya Lu’luul ditempatkan di ITS, bersama dua teman lainnya yang juga tidak diterima di salah satu perusahaan swasta. Waktu dan tempat sudah ditetapkan, tepatnya tanggal 19 Oktober 2015 kami berangkat menuju Institut Teknologi Sepuluh Nopember berharap akan pengalaman dan kenangan selama menjalani masa magang kami disana. Namun, sialnya Pembina kami tidak mengantar kami sehingga kami berangkat sendiri menemui kepala BAAK,yang terhormat, Bapak Sunarno. Setelah bertemu dengan beliau, kami di bagi menjadi empat kelompok dan salah satunya kami, kami ditempatkan di UPT. Perpustakaan ITS. Dari disinilah kisah kami dimulai… Kami berdua merasa canggung pada awalnya, namun kami mulai beradaptasi dengan lingkungan kerja perpustakaan. Ketika kami masuk di UPT. Perpustakaan ITS, suasana disana bisa dikatakan sedang sibuk karena adanya acara – acara, seperti seminar, workshop maupun bazaar. Jadi, kami ditempatkan di lantai lima, lebih tepatnya ruang Sirkulasi. Sebelum kami melanjutkan kisah kami, kami akan sedikit memperkenal tentang UPT. Perpustakaan ITS yang memiliki bangunan yang terdiri dari lima lantai, setiap lantainya memiliki fungsional dan tujuan yang berbeda. • Kami mulai dari bagian yang terdasar,lantai 1 terdiri dari: Ruang Pengolahan, Ruang Pengadaan, Ruang Marketing, Ruang Komputer, FO ( Front Office ) dan Ruang baca mahasiwa. • Oke, kita naik satu lantai ke lantai 2, bisa dikatakan lantai ini adalah Ruanga Tata Usaha (Sekretariat) dan juga tempat penyewaan ruangan, jadi jika ada acara workshop atau seminar kita bisa menyewanya. • Naik satu lantai ke lantai 3, disini terdapat Ruang Referensi, Ruang IDIS, Ruang Majalah, dan Sampoerna Corner. Di lantai ini termasuk zona ter-cozy karena disana juga terdapat wifi area dan mushola. • Next, kita beralih ke lantai 4, disini adalah daerah tersunyi dari semua lantai kalau dilihat dari luar karena disini hanya terdapat tiga ruangan, yaitu Ruang IKOMA, Ruang Reserve dan Ruang • Nah, yang terakhir lantai 5, disini adalah daerah teramai dari semua lantai karena disinilah para mahasiswa meminjam buku, mungkin hampir semua buku ada. Di lantai ini ruangann dibagi menjadi dua bagian, satu Ruang Sirkulasi dan yang satu Ruang PLN Corner, tetapi hampir seluruh bangunannya berfokus pada ruangan Sirkulasi. Nah, itu tadi adalah sedikit gambaran tentang tempat magang kami, UPT. Perpustakaan ITS yang memiliki rasa dan ciri khasnya sendiri. Para karyawan disana memiliki runtutan acara ketika pagi hari tepatnya setengah jam sebelum Perpustakaan di buka, kita ada kegiatan sharing bersama di hari Senin – Kamis dan ketika hari Jumat, terkadang ada kegiatan senam, pengajian ataupun kerja bakti. Selama kami magang disana, kami hampir sudah merasakan dan mencicipi semua rasa, cerita suka dan duka di setiap lantai bangunan Perpustakaan. Kedengaranya terlalu dramatis tapi inilah kenyataannya, namun sebelum kami menceritakan semuanya ada beberapa hal kecil yang ingin kami bagi walau sekedar pengetahuan umum saja. Baiklah, dalam dunia perpustakaan para karyawan yang bekerja disana dibagi dalam dua jenjang yaitu, Struktural dan Fungsional. Dimana para pekerja yang berada di lingkungan fungsional akan dinamakan Pustakawan sedangkan para pekerja yang berada di lingkungan struktural adalah mereka yang berkerja di perpustakaan lebih berpatokan pada mandat dari pemimpin bisa dikatakan mereka bekerja dengan jabatan, seperti koodinator, kasubag, maupun kepala dan staf administrasi. Baiklah kami akan menceritakan semua perjalanan kami di perpustakaan tetapi satu hal yang harus diingat, kami akan menceritakannya secara acak dan lebih ekspresif. Cerita kami dimulai di lantai 5, bagian bangunan terpenting dari semuanya dan disanalah cerita kami bertumpu. Disana terdapat beberapa karyawan yang senantiasa akan kami kenalkan kepada pembaca dengan sepenuh hati. Dimulai dengan seorang Pustakawan tertua atau biasanya kami memanggilnya Eyang, lucu rasanya setiap kali memanggilnya eyang. Nama beliau ialah Bapak Ahmad Aseri, beliau sangat sabar mengajar kami dalam segala hal namun ada satu hal jika beliau berbicara sangat abstrak dengan bervolume rendah. Tapi beliau tetaplah bapak pengajar kami yang pertama di perpustakaan. Lain tokoh lain pula ceritanya, bapak yang satu ini lebih seperti anak muda, beliau bersifat humble, simpatik, welcome, asik pokoknya. Nama beliau ialah Bapak Yono, biasanya jika kami membicangkan bapak yang satu ini Febrika selalu memanggilnya Ebes, jadi setiap kami bertemu dengan beliau kami selalu memanggil beliau Ebes dalam bisikan kami. Nah selain dua tokoh diatas ada beberapa tokoh lain yang terkadang memberikan waktu tuk kami tertawa dan tersenyum, entah karena cara bicara, sikapnya ataupun situasi dan kondisi pada saat itu. Sudah sampai lah cerita kami disini, Sejujurnya masih banyak cerita lagi tetapi semua itu tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Hanya kata terima kasih yang dapat kami ucapkan. Arigatogozaimasu, Dankesoun, Xie xie, Thankyou, Matursuwun, Terima kasih (Feb/Lu’)
Sepenggal Kisah Anak Magang
Selasa, 15 Nov 2016, 10:11:26 WIB - 5090 View